Kisah sebuah Profil see
perempuan dalam facebook Hampir Menewaskan Nyawaku.
Tiga
bulan lalu, Seorang berfoto cewe meminta pertemanan kepada saya. Saya pun
mengkonfirmasinya. Melihat identitas pekerjaannya tidak jelas pekerjaannya
begitu pula tempat asalnya. Swasta apa ........ Saat itu belum di
menjelaskannya.
Semua
identitas dia, di ceritakan melalui pesang singkat obrolan. Baik tempat asal
kelahiran, pekerjaan dan negaranya. Mala melalui pesang singkat obrolan dia
memberikan informasih lebih lengkapnya. Waktu itu pekerjaan dia bekerja di
Swasta. Swasta apa belum jelas………….?.
Seorang Ibu asal Probolinggo Jawa Timur ini lebih mendekatkan hubungan diri dengan saya melalui jaringan facebook. Dia lebih akrab, sapa dengan saya semacam adik berkakak. Setiap kali dia onlain tanpa terkecuali memaksa membuka diri percakapan pesan obrolan. Awal mengirimkan pesan setiap kali onlain adalah si Ibu asal probolinggo ini.
Dalam
percakapan dia lebih menceritakan demokrasi nasionalisme. Lalu saya lebih
menekankan pada pelanggaran HAM Indonesia . Ibu itu lebih suka cerita masalah
sosial dan politik.
Pesan
obrolan saat moment tertentu yakni ketika saya menuliskan status menantang
Negara Indonesia, se ibu memulai cheting obrolan dengan bahasa halus sederhana
untuk membunu perasaanku. Dengan kata – kata dek’ kita ini satu negara
Indonesia, maka jangan posting terlalu lewat batas ya.
Saat
itu pula se ibu memberikan nomor hp kepada saya melalui pesan obrolan. Hari itu
pun saya tidak miskol, menelpon karena
ada perasangka buruk dengan orang tersebut.
Satu
minggu kemudian saya menelpon ke Ibu tersebut. Nomor telpon diberikan oleh ibu
tersebut masih aktif . Telponnya diterima, seteleh menerima telpon dengan kata
pertama hallo ini dengan siapa, terdengar suara seorang laki - laki, sya
mengatakan ini bukannya ibu Ririn. Tidak saya laki - laki katanya. Ririn itu
saya tidak mengenalnya.Sya kasih matiin handphoneku.
Saya
masih penasaran dengan nomornya. Sekitar jam 17.00 saya menelpon kembali yang kedua kali, Penerima handphone adalah seorang
perempuan. Katanya ini dengan adik geitogo gobai, menjawab iya benar, lanjutan
ini saya Kakak ririn.
Lalu
tadi pagi saya menelpon penerima telponku seorang laki - laki. Oh iya dia
suamiku. Lanjut dia mengatakan "kalau adik menelpon kasih infokan dulu
lewat facebook.
Dengan perkataan itu saya suda tahu siapa dia sebenarnya. Dia sala seorang Aparat yang mencari dan mengejar saya. Dari situlah aku menggantikan nomor handphone baru.
Dengan perkataan itu saya suda tahu siapa dia sebenarnya. Dia sala seorang Aparat yang mencari dan mengejar saya. Dari situlah aku menggantikan nomor handphone baru.
Semuanya
telah di ketahui setelah saya dapat tembakan peluruh oleh seorang pekerja swasta
fotografer, pencetak pamplet. Pelaku penembak adalah seorang laki - laki
berasal dari Probolinggo Jawa Timur. Nama lengkap dia : Arief Budiono. Saat ini
dia tinggal di Bogor.
Siapa
yang memberikan informasi kepada se pelaku penembak sampai dia bisa mengetahui
akun facebook saya. Sampai dia mengejarku sampai aku di tembak. Dia mengetahui
tempat tinggal saya. Semuanya pekerjaan Intelkam.
Sesuai cerita diatas menghubungkan ada dua pembuktian bahwa para pelaku penembak pada diri saya. Kedua pembuktian tersebut yakni pekerjaan dia dan asal daerah dia. Membuktikan bahwa dia sala - satu aparat yang mengejar menewaskan nyawa saya tanpa alasan tidak jelas.
Sesuai cerita diatas menghubungkan ada dua pembuktian bahwa para pelaku penembak pada diri saya. Kedua pembuktian tersebut yakni pekerjaan dia dan asal daerah dia. Membuktikan bahwa dia sala - satu aparat yang mengejar menewaskan nyawa saya tanpa alasan tidak jelas.
Saudara
Arief budiono yang mengaku Ibu Ririn selamat menikmati di dalam sel. Di dalam
tahanan anda dapat berpkir menjala manusia dari pada pengkianat manusia. Ataukah
ini sebuah scenario pihak keamanan dan hukuman di berikan keleluasaan. Kita
ikuti langka – langka selanjutnya.
Sya
hanya memimpin aksi Kemanusiaan, anda melakukan aksi neraka kebinasaan, Tuhan
Allah bagi bangsa Papua tidak membiarkan semua perjuangan kemanusiaan.