![]() |
Serangga Jangkrik/ foto Ils |
Natal identik dengan hari besarnya orang kristen di seluruh dunia, dimana orang kristen merayakan hari sebagai lahirnya Yesus Kristus penyelamat umat manusia di muka bumi ini. Yesus Kristus lahir di Betlehem melalui seorang perempuan bernama Maria yang terkandung tanpa noda dosa.
Pesta kelahiran Tuhan Yesus sendiri memberi makna yang cukup terkesan dimana sebagai umat memberikan harapan baru dalam kehidupan kita sehari-hari. Sebagai makhluk manusia kita diberi tanggung jawab moral untuk menyambut kedatangan anak manusia sebagai wujud daripada iman kepercayaan setiap insan pribadi yang masih bernafas di muka bumi.
Tradisi pengikut Gereja Katolik Roma sebelum memasuki masa Adven merayakan hari raya Kristus Raja Semesta Alam. Dimana Minggu terakhir bagi gerejawi ini tanda memasuki masa penantian anak manusia datang ke dunia bagi setiap insan manusia yang percaya kepadanya.
Santo Yohanis Pembaptis dalam khotbahnya yang penuh inspirasi di padang gurung menyampaikan pesan yang penuh bermakna bahwa kita dalam masa penantian kedatangan anak manusia. Kita diajak dimana Matius 3: 3 menyampaikan bahwa ada suara orang berseru-seru di Padang gurung, persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskan jalan bagi-Nya. Pada masa penantian ini, kita tetap merendahkan diri, terus bergumul dalam doa untuk sang mesias yang akan lahir sebagai anak manusia benar-benar hadir dalam pribadi setiap kita.
Dalam konteks pesan Yohanis Pembaptis diatas ini, tentu disampaikan kepada makhluk hidup yang memiliki naluri akal pikiran yang memiliki 5 indra akan tetapi pesan ini disampaikan juga kepada makhluk hidup lain selain manusia. Perayaan kelahiran sang mesias sebagai raja bagi semua makhluk hidup untuk menyambut kedatangan anak manusia.
Tentu dalam konteks ini, makhluk hidup pun terus menyongsong dengan nyanyian sorak dan Sorainya memasuki masa Adven atau masa penantian sang mesias. Binatang seperti jangkrik terus bernyanyi setiap pagi sampai sore menjelang masa gerbang Natal 1 Desember sampai dengan puncak 25 Desember.
Fenomena langkah ini, tentu ajaib dimana makhluk hidup seperti Jangkrik selalu memuji kepada sang Maha Pencipta atas karya besar yang telah dirancangkan untuk membebaskan semua makhluk hidup di bumi ini. Oleh, karena itu, sang juru selamat lahir untuk membebaskan umat manusia tentu dengan makhluk ciptaan lain.
Fakta peristiwa jangkrik ini terjadi setiap tahun, di daerah Paniai, Deiyai dan Dogiyai. Nyanyian sorak dan Sorai dari Binatang yang namanya Jangkrik sepanjang 25 hari merupakan tanda keberuntungan besar dimana semua makhluk hidup ingin melihat keajaiban besar yang terjadi 2000 tahun lalu melalui Bunda Maria dan Yosef dari Kandang Betlehem di Yerusalem.
Hikmat dari Jangkrik
Nyanyian pembuka dengan kecapi menyongsong pesta kelahiran sang mesias diisi dengan lagu malam kudus. Begitupula nyanyian merdu dari para kawanan jangkrik untuk menyambut persiapan malam yang Kudus dimana sang mesias lahir. Jangkrik memberikan manfaat besar dalam kehidupan umat manusia, dimana nyanyian jangkrik ialah memisahkan terang dan gelap.
Alhasil, seringkali kita melupakan binatang bersayap ini. Bagi warga masyarakat yang tinggal di daerah 3 T, yaitu daerah terluar, terpinggir dan terisolasi atau pedesaan tanpa teknologi jangkrik merupakan makhluk hidup yang memberikan jawaban atas waktu. Berbeda dengan zaman teknologi dimana hanphone, jam arloji bisa memberikan jawaban atas waktu untuk membedahkan waktu sudah pagi atau waktu sudah malam. Nyanyian jangkrik menjemput malam kegelapan memisahkan antara siang dan malam. Itulah makhluk hidup yang Maha Pencipta titipkan untuk tanda menuju kegelapan dan membawa terang di dunia ini.
Serangga bersayap ini juga memberikan inspirasi yang patut di contoh dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat maupun komunitas kita berada untuk membangun dengan cinta kasih. Nyanyian selama satu jam, pukul 18.00 sore setiap hari dengan suara merdu, bernyanyi bersama sampai akhir batas waktu petang mengingatkan pada kita manusia kembali ke habitatnya. Nyanyian jangkrik juga mengingatkan kepada manusia terutama para keluarga segera berkumpul kembali ke rumahnya untuk melewati malam kegelapan.
Oleh karena itu, kebersamaan dalam kehidupan para jangkrik patut diteladani karena makhluk hidup ini menjaga satu sama lain dalam persatuan dalam komunitasnya, kebersamaan dan kekompakan dalam mempertahankan eksistensinya sebagai makhluk hidup tanpa naluri ini.
Makhluk penjaga pembatas antara siang dan malam adalah titik balik kehidupan umat manusia, dimana Yesus lahir dalam kegelapan untuk membawa kita kepada terang. Kehidupan kita umat manusia seringkali jatuh kedalam kegelapan karena dosa haus, rakus, sombong, dengki, iri hati dari berbagai macam tantangan duniawi. Oleh karena itu, dengan terang Roh Kudus memberikan Rahmat-Nya kepada kita manusia melalui belas kasih yang tak terbatas dari kasih setianya.
Dengan ini jangkrik makhluk hidup yang Tuhan titipkan ke dunia seperti bunyi sangkakala pada akhir zaman. Bunyi jangkrik pertanda malam kegelapan telah tiba, pertanda malam dan siang telah berpisah. Setiap orang kembali ke masing-masing rumah untuk mengucapkan syukur dan mempersatukan keluarga kita.
Laudato Si', Pesan Ensiklik Lingkungan Paus Fransiskus
Ekologi antropogenik pada masyarakat keagamaan tertuang ketika Paus Fransiskus mengambil langkah besar dalam seruannya terhadap pelestarian alam. Pada 2015, Paus Fransiskus ensiklik yang membahas keberlanjutan kehidupan Bumi bertajuk Laudato si' (Terpujilah Engkau). Di dalamnya, Paus Fransiskus menyerukan perlindungan terhadap Bumi sebagai "rumah kita bersama".
Lewat ensiklik tersebut, Paus Fransiskus menyerukan perlunya kesadaran di tengah krisis lingkungan yang disebabkan oleh manusia. Hal ini tertulis di paragraf 101, di mana Paus Fransiskus dengan tegas bahwa kesadaran lingkungan tiada gunanya tanpa "menggambarkan gejala-gejala krisis ekologis tanpa mengakui akarnya dalam manusia".
Laudato si' adalah sabda reflektif atas perkembangan manusia yang mengeksploitasi alam secara berlebihan. Paus Fransiskus menyerukan "pertobatan ekologis" sebagai salah satu cara memperbaiki kerusakan alam.
Pertobatan ini membutuhkan upaya kolektif, karena manusia tidak bisa secara individu untuk memperbaiki alam. Sebab, dari apa yang diuraikan dalam Laudato Si', Paus Fransiskus menyadari bahwa perbaikan lingkungan harus menyelesaikan permasalahan kompleks, termasuk ketimpangan sosial dan politik yang terjadi secara global.
“Peduli terhadap iklim, peduli terhadap bumi, ini sekarang menjadi bagian dari ajaran Gereja. Orang-orang di seluruh dunia menerima pesan tersebut dan mengubahnya menjadi tindakan nyata. Itulah warisannya, dan itu akan bertahan lama".
Pesan Bapak Paus Fransiskus mengingatkan kepada kita akan ancaman bagi populasi keanekagaman hayati maka itu perlu melestarikan lingkungan alam disekitar kita. Pembukaan lahan besar-besar untuk ketahanan pangan merupakan proyek naif dan haus karena tidak mempertimbangkan dampak ekologis serta kearifan lokal yang ada untuk mempertahankan kehidupan yang asri. Disisi lain, dampaknya daripada penebangan hutan secara liar menimbulkan kerugian besar bagi manusia alam di sekitarnya, seperti makhluk hidup seperti serangga jangkrik akan musna dengan proyek panganisasi yang berujung merusak lingkungan alam sekitarnya.
Kepedulian akan ekologis berdampak baik terhadap kehidupan umat manusia untuk masa depan yang baik dari bencana alam terutama iklim, global warming serta dampak lainnya.
Natal dan Pilkada 2024
Situasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) membuat kehilangan makna Natal bagi umat Nasrani. Dalam konteks politik tidak ada damai antara pasangan yang satu kepada pasangan yang lain. Terjadinya, gap antara pasangan tentu membuat damai itu tidak terwujud dimana puncak iman orang kristiani ialah kelahiran sang Imanuel.
Mengutip contoh dari perjalanan panjang pesta Demokrasi di Paniai 2024, tentu semua pihak membenarkan diri sehingga damai itu tidak terwujud sehingga dari pleno rekapitulasi suara tingkat Kabupaten Paniai tidak terlaksana. Kelompok-kelompok penyelenggara membenarkan diri sehingga pleno menjadi ajang kontestasi "isme" membuat nilai kebenaran, keadilan, kejujuran tidak terwujud dalam penegakan demokrasi itu sendiri.
Pada konteks Pilkada Paniai, satu situasi buruk dalam Pilkada Paniai adalah lebih banyak kelompok pemegang kuasa ilmu-ilmu gaib, ilmu guna-guna yang difasilitasi oleh kelompok tertentu membuat situsi semakin fatal karena haus dan lapar akan harta duniawi.
Oleh karena itu, kita disibukan dengan situasi politik membuat orang kristen kebanyakan menjadi orang pendendam kepada satu sama lain, jelang situasi Natal. Kita disibukan mengejar harta dan tahta. Akan tetapi satu bunyi sangkakala mengingatkan kepada kita yaitu nyanyian jangkrik pertanda Natal sudah dekat, untuk menyongsong putra Allah lahir kedalam pribadi kita, dalam keluarga dan komunitas kita masing-masing.
Penulis adalah pewarta media Katolikana.Com yang bertugas di Paniai.